RSS

 

RUPA PUNCAK PUNDAK

Sepekan setelah survey dilakukan, tibalah waktu pelaksanaan untuk diklat keorganisasian. Sambil mengecheck perlengkapan bawaan, panitia juga mengumpulkan peserta untuk memberikan panduan selama kegiatan yang akan dilakukan. Pada pukul tujuh malam, kami rombongan berangkat menggunakan mobil perintis bak terbuka yang biasa digunakan untuk mengirim pasukan pembela tanah air (TNI) ke dalam medan latihannya. Kami berangkat dari kampus menuju bumi perkemahan yang telah team survey tinjau sejak sepekan lalu. Selama perjalanan, kami hanya bisa terdiam dengan suara yang pelan agar pengguna kendaraan lain tidak terganggu dengan suara yang kami timbulkan. Dua jam setelah perjalanan berlangsung, tibalah kami di bumi perkemahan yang kami tuju.

Kami berjumlah dua puluhan orang terhitung peserta diklat dan panitianya juga. Setelah mobil berhenti dan mematikannya mesinnya, kami langsung menurunkan barang logistic yang kami bawa dengan perlahan menuju bumi perkemahan. Situasi sedang gerimis kecil yang mengakibatkan sebagian baju yang kami kenakan menjadi basah. Saat peserta laki-laki menurunkan barang bawaan dari mobil dan membawanya ke lokasi bumi perkemahan, untuk peserta dan panitia wanita menyiapkan minuman dan makanan untuk dinikmati setelah barang telah selesai di turunkan dan di bawa ke lokasi. Maklum setelah perjalanan yang cukup melelahkan, haus dan lapar juga timbul karena kondisi sedang gerimis juga.

Setelah dirasa kenyang, panitia mengumpulkan peserta untuk mengambil barang bawaan yang telah diletakkan di lokasi untuk membagi mereka juga menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang, yang masing-masing kelompok diberikan tugas mendirikan sebuah tenda untuk bermalam. Tidak butuh waktu lama setelah tiga puluh menit intruksi diberikan, tenda dari masing-masing kelompok sudah bisa didirikan dan siap ditempati. Perlahan barang bawaan yang mereka bawa juga dimasukkan ke dalam tenda agar terlindung dari basah yang timbul karena gerimis air hujan.

Pada malam itu masih belum ada kegiatan ataupun materi yang diberikan kepada peserta, dikarenakan situasi dan kondisi yang kurang mendukung untuk dilakukannya aktivitas di malam hari. Selain karena faktor rasa lelah yang sudah terasa, kami juga harus mengumpulkan tenaga ekstra untuk melakukan kegiatan pendakian pada esok harinya. Iyaa.. pendakian, itulah tujuan utama dari diklat keorganisasian yang kami lakukan setelah fajar menyingsing pada keesokan harinya.

Suara adzan shubuh samar terdengar, kami sebahai panitia beranjak bangun dari tidur untuk membangunkan peserta yang sedang terlelap untuk melaksanakan sholat dan apel pagi sebelum pelaksanaan kegiatan. Kegiatan awal kami lakukan senam pagi untuk perenggangan agar lebih hangat juga kondisi tubuhnya setelah diguyur gerimis semalaman penuh. Di bumi perkemahan ini memang udara bisa dibilang cukup dingin berbeda dengan keadaan normal yang ada di kota. Kegiatan demi kegiatan telah dilakukan semenjak setelah kegiatan ishoma shubuh sampai menjelang dhuhur. Para peserta dan panitia dipersilahkan untuk berkemas melipat tenda masing-masing sembari menyiapkan peralatan pendakian yang dilaksanakan setelah ishoma di waktu dhuhur selesai.

Tibalah waktu untuk berkumpul dan mengatur urutan barisan agar mudah saat melakukan kegiatan pendakian, tak lupa sebelum berangkat kami panjatkan do’a agar kegiatan yang kami lakukan dapat berjalan dengan lancer dan tanpa kendala. Perlahan langkah kaki kami berjalan menyusuri jalur pendakian yang sudah disediakan. Dengan ditemani pemandu pendakian yang biasa mengantarkan para pendaki menuju ke puncak, kami berjalan menjadi satu barisan Panjang ke belakang dengan peserta berada di urutan tengah dan panitia berada di depan dan belakang barisan. Masih belum lama kami memulai perjalanan, ada dua orang peserta perempuan yang mengalami pusing dikarenakan fobia akan ketinggian, padahal ini masih belum sampai lereng gunung dan masih di kaki gunung paling bawah huuffh

Tak menunggu banyak waktu, tas dan barang bawaan dari dua peserta tersebut akhirnya dibawakan oleh para panitia laki-laki yang berada di belakangnya. Mereka yang fobia dengan ketinggian akhirnya digandeng secara perlahan agar berjalan tanpa melihat kebelakang agar tidak semakin parah fobia yang ditimbulkan. Sekitar tiga puluh menit sekali kami singgah untuk minum dan mengecheck kondisi masing-masing peserta.  Sekitar empat jam berlangsung. Dengan perjalanan yang sangat melelahkan akhirnya kami sampai di atas puncak si Pundak saat bintang mulai bangun dari tidur panjangnya. Puncak yang saat survey dilakukan belum bisa kami tapakan kaki di sana.

Hal pertama yang dirasakan setelah sampai dipuncaknya adalah rasa lega bercampur gembira. Hasrat terpendam setelah sepekan tertahan akhirnya bisa diwujudkan dengan perjuangan yang cukup melelahkan. Aku berdiri di bagian tengah puncak yang dipenuhi padang savanna luas dengan kondisi keringat yang masih basah. Berkata syukur lirih dalam hati atas keindahan yang telah diciptakan oleh-Nya. Sembari memandangi sekeliling langit yang terlukis indah dengan hiasan cahaya pantulan dari sinar kejora dari arah barat daya. Akupun berjalan perlahan mengambil air dalam botol untuk menunaikan kewajiban sebagai ungkapan kenikmatan bisa sampai di daratan yang indah dengan senyuman merekah.

Pundak, semoga indah rupamu ini bisa bertahan sampai nanti saat waktu aku bisa menjengukmu lagi. Dengan seseorang yang mungkin bisa menambah indah rasa yang terlintas takjub akan segala hal yang kamu miliki. Rasa yang lama tak pernah aku ulangi lagi sebelum aku tapakkan kedua kakiku di puncakmu ini. Semoga ….

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar